[Ficlet] No Longer High Heels

by winkeutrash

Wanna-One’s Sungwoon × OC’s Mily

Family  •  400+ words  •  G

Sungwoon benci ini.

.

“Sudah kubilang aku benci ini.”

Gerutuan itu serta merta mengalihkan atensi Mily dari layar ponselnya ke arah sang kakak. Sungwoon terlihat benar-benar kesal saat ini. Raut wajahnya tegas, pun serapah acap kali keluar dari bibir merah jambunya. Mily tidak tahu mengapa pemuda ini sebegitu kesalnya, padahal Mily hanya meminta Sungwoon untuk menjemputnya dari tempat kursus.

“Kenapa, sih, Kak? Mily salah apa?”

“Masih tidak tahu juga apa salahmu, Ha Mily? Tsk.”

Mily menggelengkan kepalanya perlahan, sontak makin membuat Sungwoon geram.

“Ya Tuhan.” ia mengacak surainya kesal dan segera berhenti di persimpangan jalan.

Mily ikut menghentikan jengkahannya usai melihat perbuatan Sungwoon. Ia takut kakaknya kerasukan sesuatu sampai-sampai kini pemuda itu tengah menatap garang ke arahnya. Ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Mily harus segera mencari bantuan.

“Mau ke mana kau, Ha Mily?”

Teriakan itu menghentikan langkah Mily yang hendak pergi ke tempat yang ramai untuk meminta bantuan seseorang. Ia menatap Sungwoon takut-takut selagi mengeratkan cengkeraman pada selempang tasnya.

“Serius, Mily t-takut jika Kakak sedang kerasukan arwah dari tempat kursusku tadi. Makanya Mily mau pergi mencari bantuan.”

Sungwoon berdecak pelan. “Aku bukan sedang kerasukan, tapi aku benar-benar kesal padamu, Mily-ya.”

“Kalau begitu, katakan apa salah Mily? Seingat Mily, Mily tidak berbuat apa-apa yang—“

“Sudah kubilang jauh-jauh dari benda sialan itu!” Sungwoon berteriak seraya menunjuk kaki Mily yang kini tengah memakai sepasang high heels sepuluh senti berwarna cokelat tua. Dalam beberapa jenak, Mily hanya melongo, lantas menyemburkan tawa tak lama kemudian.

“Ya ampun, Kak Sungwoon, kukira kau marah kenapa. Ternyata hanya karena Mily memakai heels? Hahaha, iya iya Mily mengerti sekarang kenapa kau semarah itu padaku.” tawa Mily masih mengudara bahkan semakin keras, dan hal itu jelas-jelas memicu amarah sang kakak kian memuncak. Seretan pada tangan kecilnya pun terjadi yang dilakukan oleh Sungwoon, namun sedikit pun Mily belum ingin menghentikan tawanya.

Sampai di beranda rumah, Mily lantas melepas high heels dan menyimpannya pada rak sepatu. Ia menepuk pundak Sungwoon untuk kembali menggodanya. Namun, Sungwoon segera merenggut high heels milik Mily dalam genggamannya.

“Gara-gara benda ini aku jadi ditertawai orang-orang yang melihat kita selama perjalanan pulang karena aku menjadi sangat pendek dari adikku sendiri. Ya Tuhan, aku juga sudah melarangmu untuk memakainya, ‘kan, karena kau masih di bawah umur?! Besok-besok jangan memakainya lagi! Mengerti, Ha Mily?”

“Iya, Kak. Mily hanya akan memakainya saat pergi ke pesta atau—“

“Bagus!” satu seringaian tercetak pada bibir Sungwoon. Pemuda itu mendapat ide jahil untuk mengenyahkan benda ini dari jangkauan matanya. Ia lantas membuang sepatu hak tinggi milik Mily ke pekarangan rumah, yang kemudian segera mendapat pukulan dari sang adik.

“Ya ampun, Kak! Tidak perlu membuangnya juga, ‘kan. Aisshhh…”

Rasakan itu, Ha Mily.

.

.

.

fin.